Berdo’alah Kawan
ADA SEBUAH kisah spiritual menarik dari seorang kapten kapal yang
beriman. Pada suatu hari, sebelum keberangkatan menuju sebuah pulau yang
sangat indah sang kapten mengajak para awak kapalnya buwat berdo’a
bersama demi keselamatan perjalanan mereka. Tetapi para awak malah
tertawa,
“Nyantai bos, kita bakal selamat kok. Liat aja sekarang, angin laut bersahabat dengan kita semua,” kata salah satu awak kapal.
Karena para awak kapal nggak ada yang mau berdoa dengannya, maka sang kapten pun berdoa sendirian. Dia berdoa dengan khusuk. Ketika waktu shalat tiba sang kapten langsung melakukan solat. Dalam beberapa jam, perjalanan mereka nggak menemukan kendala, para awak kapal pun semakin yakin kalau mereka bakalan selamat sampai tujuan. Tetapi rencana hanyalah rencana pada akhirnya Tuhan juga yang menentukannya.
Tanpa diduga angin laut tiba-tiba begitu kencang, ombak besar pun silih berganti menghempas kapal. Semakin lama, kapal mereka hampir tenggelam dan hal itu menyebabkan para awak kapal berpikiran kalo maut udah ada didepan mata mereka.
Dalam kepanikannya para awak kapal pun memohon kepada sang kapten buwat memimpin doa dan shalat agar mereka semua diselamatkan. Tapi sang kapten yang tengah berusaha menyelamatkan kapalnya nggak mau menyanggupi permintaan awak kapalnya.
“Bagaimana mungkin kalian berdoa dalam kepanikan, sementara dalam ketenangan saja kalian enggan berdoa kepada Tuhan,” kata sang kapten
Cukup ya ceritanya, kalo penasaran lanjtannya gimana, silahkan teruskan sendiri hehehe.
Ngomong-ngomong dalam cerita tadi, kalo kaliam pada nyadar atawa ‘ngeh’ pasti bakal nemuin makna yang tersimpan dalam cerita tersebut.
Ada yang udah nemu?
to the point aja ya, makna yang terkandung adalah berdo’a dalam ketenangan itu adalah anugrah. sebenernya masih ada beberapa makna yang bisa diambil dari kisah tadi, tapi yang pengen dibahas adalah berdo’lah dalam kenangan.
Kenapa pengen ngebahas itu?
Pada nyadar nggak, kebanyakan manusia bakalan berdo’a, bakal inget ma Allah kalo mereka dalam keadaan genting. Utang banyak baru ngedo’a, di kecewain ama temen baru inget ma Allah, di tipu baru ngadu ma Allah, dan lain sebagainya. Bener kan? Seperti halnya tadi, para awak baru mau berdo’a ketika mereka berhadapan ama badai besar.
Temen-temen, kita selaku umat Muslim yang baik, berdo’a dalam ketenangan itu adalah anugrah, dan ini harus kita lakukan sepanjang usia kita. Kita sebagai manusia kadang kala nggak pernah menyadari kalo dalam ketenangan itu seharusnya dipake buwat mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan yang kekuasaannya meliputi langit dan bumi.
Bukannya ketika sudah ditimpa musibah akibat ulah diri sendiri baru kita berdoa dan memohon agar musibah itu berhenti. Jangan pernah ikuti perbuatan kaum-kaum terdahulu kaum yang ingkar & nggak taat kepada perintah Tuhannya, seperti Firaun yang sombong dan angkuh yang baru ingin bertobat ketika maut sudah berada ditenggorokannya. Naudzubillah.
So, temen-temen, berdo’alah walau saat ini kalian dalam keadaan sehat wal’afiat, berdo’alah walau saat ini kalian diberi berbagai macam nikmat, berdo’alah agar kamu selalu ingat akhirat.
sumber: http://remajaislampos.com/berdoalah-kawan/
“Nyantai bos, kita bakal selamat kok. Liat aja sekarang, angin laut bersahabat dengan kita semua,” kata salah satu awak kapal.
Karena para awak kapal nggak ada yang mau berdoa dengannya, maka sang kapten pun berdoa sendirian. Dia berdoa dengan khusuk. Ketika waktu shalat tiba sang kapten langsung melakukan solat. Dalam beberapa jam, perjalanan mereka nggak menemukan kendala, para awak kapal pun semakin yakin kalau mereka bakalan selamat sampai tujuan. Tetapi rencana hanyalah rencana pada akhirnya Tuhan juga yang menentukannya.
Tanpa diduga angin laut tiba-tiba begitu kencang, ombak besar pun silih berganti menghempas kapal. Semakin lama, kapal mereka hampir tenggelam dan hal itu menyebabkan para awak kapal berpikiran kalo maut udah ada didepan mata mereka.
Dalam kepanikannya para awak kapal pun memohon kepada sang kapten buwat memimpin doa dan shalat agar mereka semua diselamatkan. Tapi sang kapten yang tengah berusaha menyelamatkan kapalnya nggak mau menyanggupi permintaan awak kapalnya.
“Bagaimana mungkin kalian berdoa dalam kepanikan, sementara dalam ketenangan saja kalian enggan berdoa kepada Tuhan,” kata sang kapten
Cukup ya ceritanya, kalo penasaran lanjtannya gimana, silahkan teruskan sendiri hehehe.
Ngomong-ngomong dalam cerita tadi, kalo kaliam pada nyadar atawa ‘ngeh’ pasti bakal nemuin makna yang tersimpan dalam cerita tersebut.
Ada yang udah nemu?
to the point aja ya, makna yang terkandung adalah berdo’a dalam ketenangan itu adalah anugrah. sebenernya masih ada beberapa makna yang bisa diambil dari kisah tadi, tapi yang pengen dibahas adalah berdo’lah dalam kenangan.
Kenapa pengen ngebahas itu?
Pada nyadar nggak, kebanyakan manusia bakalan berdo’a, bakal inget ma Allah kalo mereka dalam keadaan genting. Utang banyak baru ngedo’a, di kecewain ama temen baru inget ma Allah, di tipu baru ngadu ma Allah, dan lain sebagainya. Bener kan? Seperti halnya tadi, para awak baru mau berdo’a ketika mereka berhadapan ama badai besar.
Temen-temen, kita selaku umat Muslim yang baik, berdo’a dalam ketenangan itu adalah anugrah, dan ini harus kita lakukan sepanjang usia kita. Kita sebagai manusia kadang kala nggak pernah menyadari kalo dalam ketenangan itu seharusnya dipake buwat mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan yang kekuasaannya meliputi langit dan bumi.
Bukannya ketika sudah ditimpa musibah akibat ulah diri sendiri baru kita berdoa dan memohon agar musibah itu berhenti. Jangan pernah ikuti perbuatan kaum-kaum terdahulu kaum yang ingkar & nggak taat kepada perintah Tuhannya, seperti Firaun yang sombong dan angkuh yang baru ingin bertobat ketika maut sudah berada ditenggorokannya. Naudzubillah.
So, temen-temen, berdo’alah walau saat ini kalian dalam keadaan sehat wal’afiat, berdo’alah walau saat ini kalian diberi berbagai macam nikmat, berdo’alah agar kamu selalu ingat akhirat.
sumber: http://remajaislampos.com/berdoalah-kawan/
0 Komentar:
Post a Comment