Allah Tidak Marah Kok!

Oleh: Andini Isti Syafitri
RENUNGAN penuh hikmah ini berawal dari hama ulat bulu yang menyerang beberapa wilayah di Indonesia satu tahun silam. Suatu ketika terjadi perdebatan seru tentang hama yang dikategorikan sebagai musibah ini. Yang dipersoalkan adalah, bila seseorang tertimpa musibah apakah berarti Allah sedang marah kepadanya? Mayoritas orang yang berada disitu mengatakan “Ya.”
Namun ada diantara mereka yang ‘melawan arus’ dengan berpendapat, bahwa tidak selalu diartikan kalau musibah itu semata-mata merupakan murka Allah. “Allah tidak kejam!” katanya bersemangat. Menurut dia lagi, musibah Allah itu mempunyai beberapa arti dan hanya Dia saja yang tahu.
Pertama, musibah itu memang boleh jadi merupakan hukuman Allah atas pembangkangan yang dilakukan manusia, yaitu sebagai peringatan bagi yang bersangkutan agar segera bertaubat.
Keduamusibah itu merupakan ‘pencucian dosa’ atas kesalahan yang dulu pernah dilakukan. Manusia yang masuk dalam golongan musibah tipe pertama, bila tidak sampai bertaubat, sangat merugi. Karena di dunia ia dihukum, di akhirat pun dia tidak akan luput menerima hukuman.
Sedangkan manusia yang masuk dalam golongan musibah tipe kedua, yaitu orang-orang yang bertaqwa, dia sebenarnya “beruntung”. Karena musibah itu baginya berfungsi sebagai penebus dosa-dosanya, sehingga dengan demikian kesalahannya itu tidak akan diperhitungkan lagi di akhirat nanti.
Adapun makna musibah yang ketigayaitu sebagai ujian kenaikan peringkat di sisi Allah SWT. Hal ini jelas sekali nampak pada diri nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad adalah orang yang paling dicintai Allah SWT, sekaligus orang yang paling berat menerima musibah-musibah-Nya.
Oleh karena itu, masih menurut orang-orang yang  ‘melawan arus’ ini, kita harus yakin bahwa apapun musibah yang menimpa diri kita pada hakikatnya adalah baik. Allah tidak marah. Justru Dia sebenarnya ingin menolong agar kita terhindar masuk ke dalam Neraka. Masalahnya sekarang terpulang kepada diri kita sendiri, mampu atau tidak kita menerjemahkan sinyal dari Allah itu.
“Demikian itu disebabkan karena perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiayai hamba-Nya.” (Al- Anfaal : 51).
“Sesungguhnya Allah  SWT tidaklah menetapkan suatu keputusan kecuali akan berakibat baik kepadanya.” (HR. Ibnu Hibban dari Annas).
“Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka didahulukan baginya hukuman di dunia (berupa musibah dan kesusahan agar terhapus dosa-dosanya). Dan apabila Dia menghendaki keburukan pada hamba-Nya, maka Dia akan menahan darinya (membiarkannya) dengan dosa-dosanya sehingga (dosa-dosa tersebut) dibalas pada hari kiamat.” (HR. Turmudzi).
Selalu berhusnudzon kepada-Nya, itu yang paling utama. Karena bisa jadi musibah itu adalah sebuah tangga untuk kita menuju kesuksesan, menuju kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat bagi umat.
Saat diberi kesulitan maka bersabarlah, dan saat menemui kesenangan dan kemudahan bersyukurlah hanya kepada-Nya.
Show comments
Hide comments

0 Komentar:

Post a Comment